Awal September lalu menandai empat dekade kekuasaan Khadafi. Dia kini menjadi pemimpin negara dengan kekuasaan terlama. Walaupun sebelum mundur dari jabatannya pada 2008, Presiden Kuba Fidel Castro telah memerintah selama 49 tahun.
Di antara yang hadir di acara itu tampak Presiden Venezuela Hugo Chavez, tokoh yang selama ini juga dikenal bersikap konfrontatif terhadap Amerika. Dia menjadi tamu kehormatan Khadafi pada parade militer dua jam yang menandai enam hari perayaan di seluruh penjuru negeri padang pasir Afrika Utara itu.
Di luar itu, Amerika Serikat dan Inggris yang dulu menjadi musuh bebuyutannya, kini justru menjadi sekutunya.
Libya mengaku telah menghentikan dukungan bagi kelompok-kelompok revolusioner bersenjata dan berdamai dengan Washington. Mereka menghapus program membangun senjata nuklir dan memberikan kompensasi bagi pemboman dan serangan lain yang dipersalahkan Barat.
Kolonel Khadafi merebut kekuasaan Libya saat masih berusia 27 tahun. Dia mengkudeta Raja Idris dari tahtanya. Khadafi menjanjikan pada rakyat Libya sebuah sistem sosialisme Islam yang demokratis. Awalnya dia menjadi presiden di tanah padang gurun itu. Namun, sejak akhir 1970-an, dia secara resmi tidak memangku sebuah jabatan apa pun.
Walaupun begitu, secara teknis, dia tetaplah seorang kepala pemerintahan dan menyebut dirinya sebagai 'pemimpin revolusi'. Bahkan, dia dituding menjadi penyandang dana sejumlah kegiatan yang disebut negara Barat sebagai terorisme dan separatisme. Di antaranya IRA di Irlandia, PLO di Palestina, atau ANC di Afrika Selatan, dan Sandinista di Nikaragua.
Di era 1980-an, perseteruan antara Khadafi dengan AS di bawah kepemimpinan Ronald Reagan mencapai titik puncaknya. Bermula dari serangan bom terhadap diskotek La Belle di Berlin yang menewaskan dua tentara AS pada 1986.
Reagan langsung menuding Khadafi sebagai pelakunya. Beberapa hari kemudian, pesawat tempur AS membombardir kota Tripoli dan Benghazi di Libya. Namun insiden itu tidak membuat nyali Khadafi ciut.
Di akhir 1990-an terjadi sebuah perubahan total. Khadafi mengubah politik luar negerinya secara radikal dengan menyerahkan tersangka pelaku Lockerbie Abdelbaset Ali al-Megrahi dan membayar ganti rugi kepada keluarga korban teror. Bahkan, pada 2003 Khadafi membuka program atomnya, sehingga Barat menyambut baik sikapnya. Dia bahkan bisa menunjukkan memiliki kemampuan politik lebih andal dibandingkan mantan penjajah negaranya, Italia. Dalam kunjungannya ke Italia, Juni lalu, dia segaja memajang foto pejuang kemerdekaan Libya Omar al-Mukhtar yang dihukum mati oleh Italia di kerah bajunya.
Hal-hal inilah yang tampaknya menjadi kekuatan Khadafi, sehingga dapat berkuasa hingga empat dekade. Di satu sisi dia mampu 'membeli' pemimpin Barat dengan kekayaannya, di sisi lain di depan rakyat Libya, Khadafi sama sekali tidak ingin tampil sebagai boneka Barat.